AKHLAK SERTA PERBEDAANNYA
DENGAN MORAL, ETIKA Dan BUDI PEKERTI
A.
Pengertian Akhlak
- Bahasa. Kata "akhlak" berasal dari bahasa Arab "khuluq", jamaknya "khuluqun", menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, peragai, tingkah laku, atau tabiat. Kata "akhlak" meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang. Kata "akhlak" mengandung persesuaian dengan perkataan "khalqun" yang artinya kejadian serta erat hubungannya dengan Khaliq yang berarti Pencipta, dan makhluk yang berarti yang diciptakan.
- Istilah. Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.
B. Syarat Sifat Cerminan Akhlak
Suatu perbuatan
dikatakan sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat sebagai berikut:
1.
Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan.
2.
Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir- pikir
terlebih dahulu.
C. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak dalam Islam meliputi akhlak terhadap Allah atau Khalik
(pencipta), dan akhlak terhadap makhluk. Adapun akhlak terhadap makhluk dibagi
atas akhlak terhadap manusia, dan akhlak terhadap bukan manusia. Akhlak
terhadap manusia dibagi atas akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang
lain, akhlak terhadap orang tua, dan akhlak terhadap
Nabi dan Rasul. Sedangkan akhlak
terhadap bukan manusia dipecah menjadi akhlak terhadap makhluk hidup bukan
manusia, dan akhlak terhadap benda mati.
D. Perbedaan Akhlak Dengan Moral dan Etika
- Pertama, dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat.
- Kedua, standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Konsekuensinya, akhlak bersifat mutlak, sedang moral dan etika bersifat relatif (nisbi).
E. Contoh Penerapan Akhlak, Moral, dan Etika dalam Kehidupan
- Akhlak. Akhlak kepada Allah, contohnya beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya, berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Akhlak kepada makhluk, contohnya menghormati kedua orang tua, mencintai Rasulullah SAW, dan sebagainya.
- Moral dan Etika. Moral adalah wujud nyata dari etika, jadi penerapan keduanya adalah sama. Contoh penerapannya yaitu etika bertamu, etika berbicara, etika kepada orang tua, etika dalam berpakaian, dan sebagainya.
F. Bukti Kebenaran dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung." (Q.S. Al-Qalam: 4).
“Sesungguhnya
Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang
tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (Q.S. Shaad
ayat 46)
»إنما بعثت لأتم صالح الاخلق»
"Mukmin
yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya."
(H.R. Tarmizi).
»إنما بعثت لأتمم مكارم
الأخلاق »
"Aku diutus untuk menyempurnakan
perangai (budi pekerti) yang mulia.". (H.R. Ahmad)
BAB IX
AKHLAK TERHADAP ALLAH, MANUSIA, DAN LINGKUNGAN HIDUP
A.
Akhlak Terhadap Allah
- Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
- Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
- Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
- Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
- Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
B. Akhlak Terhadap Manusia
- Husnuzan. Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang. Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain: Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-Nya Adalah untuk kebaikan manusia. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk. Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.
- Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Allah berfirman , Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya, dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ”Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. Al Isra/17:24) Ayat di atas menjelaskan perintah tawaduk kepada kedua orang tua.
- Tasamu artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia. Allah berfirman, ”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (Q.S. Alkafirun/109: 6). Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang diyakini.
- Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia. Allah berfirman, ”...dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...”(Q.S. Al Maidah :2)
C. Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup
- Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang tidak bernyawa.Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaanya.
- Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil
buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini
berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan
penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut mampu menghormati proses yang sedang berjalan, dan terhadap proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertangung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia itu sendiri. - Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya di ciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta kesemuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semunya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
D. Dalil-dalil Akhlak Terhadap Allah, Manusia, dan Lingkungan Hidup
“Dan
janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”(Q.S. Al Baqarah :188).
“(Ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah". (Q.S. Shaad: 7 1).
terimakasih sangat membantu.
BalasHapuskepokeh tuaeh
BalasHapus